KONSERVASI ARSITEKTUR - KAWASAN SETU BABAKAN
GAMBARAN KAWASAN DAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA
A. Kondisi Eksisting Kawasan Setu Babakan
Kawasan Setu Babakan berada di Kelurahan Srengseng Sawah
Kecamatan Jagakarsa. Menurut Perda No.3 Tentang Penetapan Perkampungan Budaya
Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta
Selatan, kawasan Perkampungan Budaya Betawi mempunyai luas ± 289 ha, meliputi
kawasan permukiman, fasilitas, hutan kota, Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong
yang merupakan satu kesatuan yang dikelola secara terpadu.
Penduduk kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) terdiri
dari penduduk etnis Betawi dan penduduk pendatang dengan komposisi 50% penduduk
etnis Betawi dan 50% penduduk pendatang.
Kawasan Perkampungan Budaya Betawi memiliki luas ± 165 Ha
termasuk Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong. Secara geofrafis Perkampungan
Budaya Betawi terletak pada106°49’50”BT dan 6°20’23”LS. Secara Administratif
termasuk dalam wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan Jagakarsa,
Kelurahan Srengseng Sawah. Batas fisik kawasan Perkampungan Budaya Betawi
adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Jalan Moch. Kahfi II sampai Jalan Desa Putra
- Sebelah Selatan : Jalan Tanah Merah sampai Jalan Srengseng
Sawah
- Sebelah Barat : Jalan Mochamad Kahfi II
- Sebelah Timur : Jalan Desa Putra sampai Jalan Mangga Bolong
Timur
Peta penggunaan lahan pada kawasan Setu Babakan
Setu Babakan yang dikelilingi oleh penghijauan
Penghijauan yang ada di sekeliling Setu Babakan
Pemanfaatan ruang meliputi penggunaan tanah di sekitar tapak
untuk pertanian buah-buahan. Namun saat ini sebagian dari masyarakat banyak
memanfaatkan lahan kosong mereka untuk dijadikan rumah kontrak (jasa sewa
rumah) sebagai usaha jasa, sehingga lahan hijau semakin berkurang.
Akses menuju kawasan Setu Babakan
Lokasi dapat dicapai dari dua jalan utama melalui Pasar
Minggu ke arah selatan masuk ke Jalan Raya Lenteng Agung, Jalan Moch Kahfi 2
dan Jalan Srengseng Sawah hingga sampai kawasan Perkampungan Budaya Betawi.
Untuk pencapaian dari arah selatan dicapai melalui Jalan Tanah Baru, Jalan Moch
Kahfi 2 dan Jalan Setu Babakan hingga sampai kawasan Perkampungan Budaya
Betawi.
Lokasi dikelilingi oleh 2 jalan utama yaitu, Jalan Moch.
Kahfi 2 dan jalan Srengseng Sawah. Kedua jalan tersebut dilintasi oleh angkutan
umum dan kendaraan pribadi, sehingga dapat dikatagorikan sebagai jalan dengan
mobilitas tinggi. Lokasi kawasan terletak 5 km dari stasiun kereta api Lenteng
Agung dan 5.5 km dari obyek wisata Kebun Binatang Ragunan. Jalan Raya Pasar
Minggu dan Jalan Raya Lenteng Agung merupakan lintasan Kereta Rel Listrik (KRL)
Jakarta–Bogor dan merupakan jalur akses utama. Jalan masuk menuju kawasan
Perkampungan Budaya Betawi ditandai dengan adanya Pintu Bang Pitung.
Jalan lokal pada kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB)
didominasi oleh jalan lingkungan. Secara umum sirkulasi pada setiap RW sudah
cukup memadai dengan kondisi lebar jalan bervariasi antara 3 meter untuk jalan
yang diaspal dan jalan yang belum diperkeras masih berupa tanah (alami) 1-2
meter.
Pintu masuk dan jalan lingkungan pada Kawasan Setu Babakan
Setu Babakan dikelilingi oleh deretan pepohonan yang ditanam
oleh Pemda DKI Jakarta. Vegetasi di Perkampungan Budaya Betawi terbagai menjadi
tanaman kebun, tanaman pekarangan dan tanaman tepi jalan. Tanaman yang ditanam
umumnya bersifat ekonomis untuk dijual/dipasarkan sebagai pemasukan tambahan
bagi warga. Tanaman kebun yang juga terdapat di beberapa pekarangan penduduk
Perkampungan Budaya Betawi yaitu, alpukat (Persea americana), belimbing
(Averhoa carambola L), rambutan (Nephelium lappaceum L), melinjo (Gnetum
gnemon), pisang (Musa sp), pepaya (Carica papaya), kelapa (Cocos nucifera),
singkong (Manihot esculenta Crantz), mengkudu (Morinda citrifolia), bambu
(Bambusa sp). Tanaman alpukat merupakan tanaman yang saat ini sedang
dibudidayakan di Perkampungan Budaya Betawi dan mempunyai nilai ekonomi
penting.
Vegetasi pada Kawasan Setu Babakan
B. Keistimewaan Kawasan Setu Babakan
Perkampungan Setu Babakan adalah sebuah kawasan pedesaan yang lingkungan alam dan budayanya yang masih terjaga secara baik. Wisatawan yang berkunjung ke kawasan cagar budaya ini akan disuguhi panorama pepohonan rindang yang akan menambah suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya. Di kanan kiri jalan utama, pengunjung juga dapat melihat rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi yang masih dipertahankan keasliannya.
Pada Setu Babakan dapat ditemui dan dinikmati kehidupan
bernuansa Betawi, berupa; komunitas masyarakat Betawi, keasrian alam dan hutan
kota, pementasan beragam kesenian tradisi di panggung pentas budaya secara
periodik mementaskan kelompok kesenian budaya Betawi dari seantero Jabodetabek
secara bergantian di setiap akhir pekan, pusat informasi dan dokumentasi
ke-Betawi-an, serta dibuka pelatihan dan kursus kesenian tari, musik
tradisional dan pencak silat ‘Beksi’ asli Betawi, serta beragam penganan
kuliner Betawi dijajakan disana. Diharapkan seluruh kegiatan yang ada dapat
dimanfaatkan sebagai bentuk perlindungan dan pembinaan guna melestarikan dan
mengembangkan tata kehidupan seni budaya tradisi Betawi sesuai dengan kebutuhan
kekinian, dan bermanfaat sebagai bentuk pengembangan potensi lingkungan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar serta sebagai salah satu obyek
wisata budaya yang ada di Jakarta.
Pagelaran kebudayaan Betawi
Yang tak kalah menarik, di perkampungan ini juga banyak
terdapat warung yang banyak menjajakan makanan-makanan khas Betawi, seperti
ketoprak, ketupat nyiksa, kerak telor, ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis,
soto betawi, mie ayam, soto mie, roti buaya, bir pletok, nasi uduk, kue apem,
toge goreng, dan tahu gejrot.
Pedagang di Setu Babakan
Sebagai sebuah kawasan cagar budaya, Setu Babakan tidak
hanya menyajikan pagelaran seni maupun budaya, melainkan juga menawarkan jenis
wisata alam yang tak kalah menarik, yakni wisata danau. Setu Mangga Bolong dan
Setu Babakan biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk memancing dan menikmati suasana sejuk di pinggir danau.
Selain itu, wisatawan juga dapat menyewa perahu untuk menyusuri dan
mengelilingi danau.
Wisata air pada Setu Babakan
Wisatawan yang berkunjung ke perkampungan ini juga dapat
berkeliling ke perkebunan, pertanian, serta melihat tanaman-tanaman khas Betawi
di pelataran rumah-rumah penduduk. Apabila berkunjung ke pelataran rumah
penduduk, tak jarang pengunjung akan dipetikkan buah sebagai tanda
penghormatan. Jika wisatawan tertarik untuk memetik dan berniat membawa pulang
buah-buahan tersebut, maka pengunjung dapat membelinya dengan terlebih dulu
bernegosiasi harga dengan pemiliknya. Buah-buahan yang tersedia di perkampungan
ini antara lain belimbing, rambutan, buni, jambu, dukuh, menteng, gandaria,
mengkudu, nam-nam, kecapi, durian, jengkol, kemuning, krendang, dan masih
banyak lagi.
C. Kondisi Eksisting Arsitektur Pada Kawasan Setu Babakan
Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan
merupakan ”Betawi pinggiran” karena letaknya di paling pinggir DKI Jakarta.
Rumah tradisonal Betawi yang terdapat di permukiman ini ada 2 jenis, yaitu
rumah gudang dan rumah bapang. Rumah tradisional Betawi yang terdapat pada
kawasan ini dapat dikatakan tidak memiliki arah mata angin maupun orientasi
tertentu dalam peletakannya.
Denah rumah Bapang
Denah rumah Gudang
Hanya ada beberapa bangunan pada kawasan Setu Babakan yang
benar-benar menganut langgam Betawi secara utuh, biasanya bangunan-bangunan ini
adalah rumah-rumah yang terletak di sekeliling area wisata Setu Babakan ataupun
rumah orang-orang penting seperti ketua RT dan RW. Yang menjadi penyebabnya
adalah banyak dari warga Betawi yang merasa bahwa arsitektur Betawi sudah
terlihat ketinggalan jaman dan terasa kuno, dan banyak dari mereka juga yang
menginginkan rumah dengan langgam minimalis. Salah satu rumah Betawi yang masih
memiliki ciri khas arsitektur Betawi yang kuat adalah rumah milik Bapak H.
Sahroni.
Kediaman Bapak H. Sahroni
Rumah ini
terlihat masih memiliki pekarangan depan yang luas sebagai ciri khas rumah
tradisional Betawi. Pada bagian teras depan (paseban) juga memiliki pembatas
kayu yang bermotif seperti manusia yang disebut dengan langkan. Pada bagian
ujung atap juga diaplikasikan ornamen gigi balang yang memiliki fungsi
persembahan terhadap siapa saja yang datang. Begitu pula dengan adanya
penggunaan lampu gantung yang disebut dengan blandis. Jendelanya pun menggunakan
jendela krepyak. Perihal pengaplikasian warna cokelat memiliki arti yaitu warna
alam, natural, kayu sementara penggunaan warna hijau melambangkan kesejukan dan
kehidupan.
Bangunan-bangunan berarsitektur khas Betawi yang lain cenderung sudah
tidak 100% terlihat utuh kecuali bagian teras atau serambi yang masih dapat
ditemui dalam bentuk dan ukuran yang seadanya saja. Biasanya masyarakat
menambahkan ornamen pada lisplang yang memiliki ukiran khas Betawi pada
bangunan rumah karena dapat menunjukkan kekhasan arsitektur rumah Betawi.
Tetapi hal tersebut kurang sesuai karena ditempatkan pada rumah-rumah yang
cenderung berarsitektur modern. Berikut adalah rumah-rumah Betawi modern yang
hanya menggunakan langgam Betawi secara parsial.
Rumah Betawi modern yang menggunakan langkan dan gigi balang
Rumah Betawi modern yang menggunakan gigi balang
Rumah Betawi yang menggunakan langkan sebagai pagar
Pada rumah Betawi tempo dulu, material yang digunakan
umumnya adalah kayu nangka, kayu sawo, kayu kecapi, bambu, ijuk, rumbia,
genteng, kapur, pasir, semen, ter, plitur, dan batu untuk pondasi tiang yang
pada dulunya banyak diambil dari pekarangan rumah sendiri. Akan tetapi
sekarang, karena mengikuti perkembangan jaman maka material pun sudah banyak
berganti dan tentunya dipilih yang cenderung lebih ekonomis.
Selain itu, pada kawasan Setu Babakan juga terdapat pula
jembatan gantung yang menjadi penghubung ke pulau buatan yang berada pada
bagian tengah Setu Babakan.
Jembatan penghubung ke pulau buatan
Arsitektur jembatan tidak spesifik mengaplikasikan langgam
Betawi akan tetapi tetap menggunakan warna khas Betawi yaitu hijau yang
melambangkan kehidupan dan kesejukan pada alam.
Sumber