Selasa, 08 Juli 2014

USULAN UNTUK PENANGANAN PELESTARIAN KAWASAN SETU BABAKAN

KONSERVASI ARSITEKTUR - KAWASAN SETU BABAKAN 
USULAN PENANGANAN PELESTARIAN KAWASAN SETU BABAKAN

A. Pelestarian Sebagai Kawasan Ekologis

Kawasan Setu Babakan merupakan suatu kawasan yang mengelilingi dua setu (danau) yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Kedua setu ini beserta dengan area hijau disekelilingnya memiliki fungsi ekologis yang amat tinggi. Dari keseluruhan kawasan Setu Babakan, sekitar 58.60% nya adalah area terbangun dan sekitar 54,26% dari area terbangun ini adalah merupakan daerah permukiman. Maka dari itu, ada beberapa usulan pelestarian untuk kawasan Setu Babakan sebagai suatu kawasan ekologis:

1. Diperlukan adanya tata ruang dan Penghijauan tambahan yang secara lebih lanjut dapat mengendalikan pembangunan area permukiman.


Adanya perencanaan tata ruang yang teratur dan menyeluruh serta dapat merefleksikan keadaan ke depan dapat membantu menurunkan tingkat pengalihfungsian lahan hijau menjadi lahan permukiman. Pengaturan dari pihak pemerintah tentunya dapat memberikan suatu arahan yang tegas dalam fungsi Setu Babakan sebagai kawasan ekologis.

Lahan hijau dapat berfungsi menjadi area publik dan daerah resapan air. Area publik yang ada pada kawasan Setu Babakan sebenarnya sudah cukup memadai, akan tetapi akan lebih baik lagi jika dapat memberikan kapasitas yang lebih terhadap para wisatawan yang datang berkunjung.

2. Penanaman area sekitar danau dengan tanaman-tanaman secara lebih intensif

Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya longsor dan mencegah aliran permukaan yang berlebihan akibat air hujan. Tanaman-tanaman yang dapat ditanam antara lain angsana, waru, flamboyan, dan mahoni. Adanya Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong serta pohon-pohon ini tentunya tidak hanya dapat membantu penduduk kawasan Setu Babakan secara khususnya akan tetapi masyarakat sekitar pada umumnya terutama ketika musim hujan datang.

B. Pelestarian Sebagai Kawasan Cagar Budaya

Sejak dari awal masa penetapan sebagai cagar budaya Betawi, kawasan Setu Babakan telah banyak kehilangan esensinya seiring dengan perkembangan jaman. Modernisasi dalam berbagai bidang turut mendorong pudarnya semangat akan kebudayaan pada berbagai aspek. Salah satu yang paling memprihatinkan adalahnya mulai menghilangnya arsitektur Betawi yang merupakan ciri utama dari kebudayaan Betawi, maka dari itu bebrapa usulan pelestarian bagi kawasan Setu Babakan dalam kapasitasnya sebagai cagar budaya adalah sebagai berikut:

1. Pendirian suatu bangunan indoor ataupun bisa outdoor kebudayaan Betawi secara lebih menyeluruh. Menurut Masyarakat Perduli Perkampungan Budaya Betawi (MP-PBB) Setu Babakan, saat ini sedang terjadi kekurangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mengakomodasi kegiatan kebudayaan Betawi pada kawasan Setu Babakan, maka dari itu adanya suatu bangunan pusat kebudayaan sebagai suatu wadah dari kegiatan kebudayaan Betawi amatlah dibutuhkan.


 

2. Penyeragaman langgam-langgam arsitektur khas Betawi terutama terhadap rumah-rumah modern
Hal ini berdasarkan pada fakta bahwa lebih dari 80% bangunan permukiman yang ada tidak menerapkan arsitektur Betawi secara keseluruhan, beberapa hanya menerapkan secara parsial dan bahkan ada yang tidak menerapkan sama sekali. Penerapan ini khususnya dilakukan terhadap rumah-rumah modern yang sudah minim menerapkan arsitektur khas Betawi sehingga dapat memperkuat cita kawasan Setu Babakan sebagai suatu cagar budaya.


Pelestarian Setu Babakan sebagai kawasan ekologis dan sebagai kawasan cagar budaya haruslah menjadi suatu hubungan timbal balik yang memperhatikan dan menguntungkan satu sama lainnya sehingga dapat menunjang keberlangsungan Setu Babakan sebagai suatu kawasan terpadu yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara umumnya serta suku Betawi pada khususnya.

GAMBARAN KAWASAN DAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA SETU BABAKAN

KONSERVASI ARSITEKTUR - KAWASAN SETU BABAKAN
GAMBARAN KAWASAN DAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA

A. Kondisi Eksisting Kawasan Setu Babakan


Kawasan Setu Babakan berada di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa. Menurut Perda No.3 Tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, kawasan Perkampungan Budaya Betawi mempunyai luas ± 289 ha, meliputi kawasan permukiman, fasilitas, hutan kota, Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong yang merupakan satu kesatuan yang dikelola secara terpadu.

Penduduk kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) terdiri dari penduduk etnis Betawi dan penduduk pendatang dengan komposisi 50% penduduk etnis Betawi dan 50% penduduk pendatang.

Kawasan Perkampungan Budaya Betawi memiliki luas ± 165 Ha termasuk Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong. Secara geofrafis Perkampungan Budaya Betawi terletak pada106°49’50”BT dan 6°20’23”LS. Secara Administratif termasuk dalam wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan Jagakarsa, Kelurahan Srengseng Sawah. Batas fisik kawasan Perkampungan Budaya Betawi adalah sebagai berikut :

  • Sebelah Utara    : Jalan Moch. Kahfi II sampai Jalan Desa Putra
  • Sebelah Selatan : Jalan Tanah Merah sampai Jalan Srengseng Sawah
  • Sebelah Barat    : Jalan Mochamad Kahfi II
  • Sebelah Timur    : Jalan Desa Putra sampai Jalan Mangga Bolong Timur

Peta penggunaan lahan pada kawasan Setu Babakan

Setu Babakan yang dikelilingi oleh penghijauan

Penghijauan yang ada di sekeliling Setu Babakan

Pemanfaatan ruang meliputi penggunaan tanah di sekitar tapak untuk pertanian buah-buahan. Namun saat ini sebagian dari masyarakat banyak memanfaatkan lahan kosong mereka untuk dijadikan rumah kontrak (jasa sewa rumah) sebagai usaha jasa, sehingga lahan hijau semakin berkurang.

Akses menuju kawasan Setu Babakan

Lokasi dapat dicapai dari dua jalan utama melalui Pasar Minggu ke arah selatan masuk ke Jalan Raya Lenteng Agung, Jalan Moch Kahfi 2 dan Jalan Srengseng Sawah hingga sampai kawasan Perkampungan Budaya Betawi. Untuk pencapaian dari arah selatan dicapai melalui Jalan Tanah Baru, Jalan Moch Kahfi 2 dan Jalan Setu Babakan hingga sampai kawasan Perkampungan Budaya Betawi.

Lokasi dikelilingi oleh 2 jalan utama yaitu, Jalan Moch. Kahfi 2 dan jalan Srengseng Sawah. Kedua jalan tersebut dilintasi oleh angkutan umum dan kendaraan pribadi, sehingga dapat dikatagorikan sebagai jalan dengan mobilitas tinggi. Lokasi kawasan terletak 5 km dari stasiun kereta api Lenteng Agung dan 5.5 km dari obyek wisata Kebun Binatang Ragunan. Jalan Raya Pasar Minggu dan Jalan Raya Lenteng Agung merupakan lintasan Kereta Rel Listrik (KRL) Jakarta–Bogor dan merupakan jalur akses utama. Jalan masuk menuju kawasan Perkampungan Budaya Betawi ditandai dengan adanya Pintu Bang Pitung.

Jalan lokal pada kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) didominasi oleh jalan lingkungan. Secara umum sirkulasi pada setiap RW sudah cukup memadai dengan kondisi lebar jalan bervariasi antara 3 meter untuk jalan yang diaspal dan jalan yang belum diperkeras masih berupa tanah (alami) 1-2 meter.

Pintu masuk dan jalan lingkungan pada Kawasan Setu Babakan

Setu Babakan dikelilingi oleh deretan pepohonan yang ditanam oleh Pemda DKI Jakarta. Vegetasi di Perkampungan Budaya Betawi terbagai menjadi tanaman kebun, tanaman pekarangan dan tanaman tepi jalan. Tanaman yang ditanam umumnya bersifat ekonomis untuk dijual/dipasarkan sebagai pemasukan tambahan bagi warga. Tanaman kebun yang juga terdapat di beberapa pekarangan penduduk Perkampungan Budaya Betawi yaitu, alpukat (Persea americana), belimbing (Averhoa carambola L), rambutan (Nephelium lappaceum L), melinjo (Gnetum gnemon), pisang (Musa sp), pepaya (Carica papaya), kelapa (Cocos nucifera), singkong (Manihot esculenta Crantz), mengkudu (Morinda citrifolia), bambu (Bambusa sp). Tanaman alpukat merupakan tanaman yang saat ini sedang dibudidayakan di Perkampungan Budaya Betawi dan mempunyai nilai ekonomi penting.

Vegetasi pada Kawasan Setu Babakan

B.  Keistimewaan Kawasan Setu Babakan


Perkampungan Setu Babakan adalah sebuah kawasan pedesaan yang lingkungan alam dan  budayanya yang masih terjaga secara baik. Wisatawan yang berkunjung ke kawasan cagar budaya ini akan disuguhi panorama pepohonan rindang yang akan menambah suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya. Di kanan kiri jalan utama, pengunjung juga dapat melihat rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi yang masih dipertahankan keasliannya.

Pada Setu Babakan dapat ditemui dan dinikmati kehidupan bernuansa Betawi, berupa; komunitas masyarakat Betawi, keasrian alam dan hutan kota, pementasan beragam kesenian tradisi di panggung pentas budaya secara periodik mementaskan kelompok kesenian budaya Betawi dari seantero Jabodetabek secara bergantian di setiap akhir pekan, pusat informasi dan dokumentasi ke-Betawi-an, serta dibuka pelatihan dan kursus kesenian tari, musik tradisional dan pencak silat ‘Beksi’ asli Betawi, serta beragam penganan kuliner Betawi dijajakan disana. Diharapkan seluruh kegiatan yang ada dapat dimanfaatkan sebagai bentuk perlindungan dan pembinaan guna melestarikan dan mengembangkan tata kehidupan seni budaya tradisi Betawi sesuai dengan kebutuhan kekinian, dan bermanfaat sebagai bentuk pengembangan potensi lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar serta sebagai salah satu obyek wisata budaya yang ada di Jakarta.

Pagelaran kebudayaan Betawi

Yang tak kalah menarik, di perkampungan ini juga banyak terdapat warung yang banyak menjajakan makanan-makanan khas Betawi, seperti ketoprak, ketupat nyiksa, kerak telor, ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam, soto mie, roti buaya, bir pletok, nasi uduk, kue apem, toge goreng, dan tahu gejrot.

Pedagang di Setu Babakan


Sebagai sebuah kawasan cagar budaya, Setu Babakan tidak hanya menyajikan pagelaran seni maupun budaya, melainkan juga menawarkan jenis wisata alam yang tak kalah menarik, yakni wisata danau. Setu Mangga Bolong dan Setu Babakan biasanya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk memancing  dan menikmati suasana sejuk di pinggir danau. Selain itu, wisatawan juga dapat menyewa perahu untuk menyusuri dan mengelilingi danau.

Wisata air pada Setu Babakan

Wisatawan yang berkunjung ke perkampungan ini juga dapat berkeliling ke perkebunan, pertanian, serta melihat tanaman-tanaman khas Betawi di pelataran rumah-rumah penduduk. Apabila berkunjung ke pelataran rumah penduduk, tak jarang pengunjung akan dipetikkan buah sebagai tanda penghormatan. Jika wisatawan tertarik untuk memetik dan berniat membawa pulang buah-buahan tersebut, maka pengunjung dapat membelinya dengan terlebih dulu bernegosiasi harga dengan pemiliknya. Buah-buahan yang tersedia di perkampungan ini antara lain belimbing, rambutan, buni, jambu, dukuh, menteng, gandaria, mengkudu, nam-nam, kecapi, durian, jengkol, kemuning, krendang, dan masih banyak lagi.

C. Kondisi Eksisting Arsitektur Pada Kawasan Setu Babakan
            
Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan merupakan ”Betawi pinggiran” karena letaknya di paling pinggir DKI Jakarta. Rumah tradisonal Betawi yang terdapat di permukiman ini ada 2 jenis, yaitu rumah gudang dan rumah bapang. Rumah tradisional Betawi yang terdapat pada kawasan ini dapat dikatakan tidak memiliki arah mata angin maupun orientasi tertentu dalam peletakannya.

Denah rumah Bapang

Denah rumah Gudang

Hanya ada beberapa bangunan pada kawasan Setu Babakan yang benar-benar menganut langgam Betawi secara utuh, biasanya bangunan-bangunan ini adalah rumah-rumah yang terletak di sekeliling area wisata Setu Babakan ataupun rumah orang-orang penting seperti ketua RT dan RW. Yang menjadi penyebabnya adalah banyak dari warga Betawi yang merasa bahwa arsitektur Betawi sudah terlihat ketinggalan jaman dan terasa kuno, dan banyak dari mereka juga yang menginginkan rumah dengan langgam minimalis. Salah satu rumah Betawi yang masih memiliki ciri khas arsitektur Betawi yang kuat adalah rumah milik Bapak H. Sahroni.

Kediaman Bapak H. Sahroni

Rumah ini terlihat masih memiliki pekarangan depan yang luas sebagai ciri khas rumah tradisional Betawi. Pada bagian teras depan (paseban) juga memiliki pembatas kayu yang bermotif seperti manusia yang disebut dengan langkan. Pada bagian ujung atap juga diaplikasikan ornamen gigi balang yang memiliki fungsi persembahan terhadap siapa saja yang datang. Begitu pula dengan adanya penggunaan lampu gantung yang disebut dengan blandis. Jendelanya pun menggunakan jendela krepyak. Perihal pengaplikasian warna cokelat memiliki arti yaitu warna alam, natural, kayu sementara penggunaan warna hijau melambangkan kesejukan dan kehidupan.

Bangunan-bangunan berarsitektur khas Betawi yang lain cenderung sudah tidak 100% terlihat utuh kecuali bagian teras atau serambi yang masih dapat ditemui dalam bentuk dan ukuran yang seadanya saja. Biasanya masyarakat menambahkan ornamen pada lisplang yang memiliki ukiran khas Betawi pada bangunan rumah karena dapat menunjukkan kekhasan arsitektur rumah Betawi. Tetapi hal tersebut kurang sesuai karena ditempatkan pada rumah-rumah yang cenderung berarsitektur modern. Berikut adalah rumah-rumah Betawi modern yang hanya menggunakan langgam Betawi secara parsial.

Rumah Betawi modern yang menggunakan langkan dan gigi balang

Rumah Betawi modern yang menggunakan gigi balang

Rumah Betawi yang menggunakan langkan sebagai pagar

Pada rumah Betawi tempo dulu, material yang digunakan umumnya adalah kayu nangka, kayu sawo, kayu kecapi, bambu, ijuk, rumbia, genteng, kapur, pasir, semen, ter, plitur, dan batu untuk pondasi tiang yang pada dulunya banyak diambil dari pekarangan rumah sendiri. Akan tetapi sekarang, karena mengikuti perkembangan jaman maka material pun sudah banyak berganti dan tentunya dipilih yang cenderung lebih ekonomis.

Selain itu, pada kawasan Setu Babakan juga terdapat pula jembatan gantung yang menjadi penghubung ke pulau buatan yang berada pada bagian tengah Setu Babakan.

Jembatan penghubung ke pulau buatan

Arsitektur jembatan tidak spesifik mengaplikasikan langgam Betawi akan tetapi tetap menggunakan warna khas Betawi yaitu hijau yang melambangkan kehidupan dan kesejukan pada alam.

Sumber