Kota Hemat Energi???
Teringat ketika berapa bulan yang lalu saya membaca artikel tentang SBY dan Wapres mecanangkan tentang mengajak masyarakat untuk "Hemat Energi".Berikut sedikit kutipan Presiden RI SBY yang disampaikan oleh Hatta:
"Presiden akan mengeluarkan instruksi tentang
penghematan energi, baik listrik maupun bahan bakar," kata Hatta kepada
para wartawan seusai mengikuti rapat kabinet terbatas bidang ekonomi yang
dipimpin Presiden.
dan Wapres Boediono:
"Hal pertama yang kita upayakan adalah bagaimana kota
bisa semakin hemat energi. Kita bisa melakukannya dengan cara mengurangi
pemborosan energi, yakni memanfaatkan teknolgi yang bersih. Ini menjadi tema di
banyak negara dan tentu kita tidak boleh ketinggalan," kata Boediono,
Senin (3/10/2011), saat menyampaikan pidato pada peringatan Hari Habitat Dunia
2011, di Istana Wakil Presiden.
Ada yang mengatakan jika ingin hidup hemat energi itu harus hemat listrik atau dengan dimulai dari dapur yang sangat banyak memerlukan energi dan banyak lagi pendapat yang saya dengar,dan apakah ini akan terlaksana Jakarta yang hemat energi?Indonesia?Hemat energi?hehehe SEMOGA amiiin:) kita harus terus optimis untuk perbaikan :)
Oke ayo kita Lebih serius lagi:)
terus nya,timbul pertanyaan "Bagaimana sih cara Membangun Kota Hemat Energi?"
Jadi,penghematan energi sejatinya hanya akan berhasil jika
manajemen perkotaan memang dirancang sebagai kota hemat energi. Manajemen kota
hemat energi akan dengan sendirinya melahirkan budaya dan kebiasaan hemat
energi.hmmmmm...
Demikian dikatakan pakar tata kota dari Institut Teknologi
Bandung, Bambang Setia Budi yang tak lama lagi akan meraih gelar Doktor
Arsitektur dari Toyohashi University of Technology, Jepang.
Menurut Bambang, di banyak negara maju, upaya menghemat
energi sudah diawali sejak merancang sistem penataan kota. Menurut Bambang,
sedikitnya ada tiga persoalan kota yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
membangun kota hemat energi.
Dalam upaya membangun kota hemat energi,ada beberapa langkah loh yaitu
perencanaan transportasi dan manajemen lalu lintas yang terpenting adalah
membangun dan menyediakan sarana dan prasarana transportasi publik/masal yang
efisien dan representatif. Makin besar skala sebuah kota, dapat dipastikan
makin banyak pula jumlah orang yang bergerak di dalam kota setiap waktunya.
Nah oleh karenanya, perencanaan dan pengelolaan sistem
transportasi publik/masal yang baik, efisien, dan representatif serta
pengaturan/manajemen yang tepat akan menjadi faktor kunci bagi penghematan
energi di kota.
Penggunaan mobil pribadi akan rendah karena merasa cukup
dengan transportasi publik. Dengan begitu penghematan energi sangat besar.
Melihat kota-kota besar di negara maju, seperti Jepang,
andalan utama transportasi massalnya adalah kereta listrik (densha) atau kereta
listrik bawah tanah/subway, (cikatetsu) yang bisa mengangkut ribuan orang pada
waktu bersamaan ketika jam sibuk.
Selain praktis, aman, dan nyaman, harga pun sangat
terjangkau bagi masyarakat luas untuk ukuran masyarakat di Jepang. Juga
ketepatan waktunya dapat dijamin dalam hitungan menit.
"Di kota-kota besar di Jepang, kita akan menemukan
sistem kereta listrik yang sangat efisien yang menghubungkan sub urban dengan
area pusat kota. Kereta-kereta itu pun hampir selalu dipenuhi ribuan
penumpang," katanya.
Selain itu, kereta-kereta listrik lokal dengan frekuensi
yang sangat tinggi juga siap melayani penumpang di dalam area metropolitan.
Misalnya, Yamanote Line, salah satu jalur loop Kota Tokyo, kereta-keretanya
berlari setiap tiga menit sekali di siang hari.
Sebagai gambaran dominannya penggunaan transportasi maasal
kereta listrik bawah tanah juga bisa dilihat di Kota Nagoya, kota terbesar
ketiga di Jepang.
Sejak 15 November 1957, kota ini telah mulai mengoperasikan
jalur subway pertamanya, yakni jalur Nagoya-Sakae. Kini, ia telah memiliki
banyak jalur kereta listrik bawah tanah dengan panjang total 89 km yang
mengangkut penumpang mencapai rata-rata 1.100.000 orang per hari.
Sementara sistem bus dalam kotanya yang telah beroperasi
sejak 1 Februari 1930, kini telah memiliki panjang jalur 746 km hanya
mengangkut sejumlah 318.000 orang per hari (data tahun fiskal 1 April 2004).
Bagaimana dengan TransJakarta???hehe
Menurut Bambang, pemakaian bus sistem busway TransJakarta
sudah tepat menuju kota hemat energi. Meski belum cukup mengalihkan penggunaan
dari penggunaan mobil pribadi ke busway, namun arahnya sudah tepat.
"Indonesia bisa bercermin dari Curitiba, Brasil. Kota
yang luas areanya 432 km2 dan jumlah penduduk 1,6 juta jiwa ini mengoperasikan
5 tipe angkutan bus dengan daya angkut hingga 270 penumpang," katanya.
Sebanyak 1.100 bus membuat 12.500 total perjalanan sehari
dapat mengangkut sebanyak 1,3 juta penumpang per hari. Ini telah berhasil
mengurangi ketergantungan warga kota pada mobil pribadi, dan meningkatkan
penumpang hingga 50 kali lipat dibanding 20 tahun sebelumnya.
Penduduk pun hanya mengeluarkan 10 persen dari pendapatan
tahunan mereka untuk belanja transportasi. Bandingkan dengan di Jakarta, yang
sebelumnya 15 persen, kini diperkirakan mencapai 20 persen pascakenaikan BBM
per 1 Oktober 2005 yang lalu.
Lebih dari itu, Curitiba juga mampu menurunkan konsumsi BBM
per kapita penduduk rata-rata hingga 30 persen lebih rendah dibandingkan dengan
delapan kota lainnya di Brasil. Tak heran jika ia disebut-sebut juga sebagai
salah satu kota dengan tingkat polusi terendah di dunia.
Nah jalur Sepeda nih yang lagi marak di Indonesia,banyak yang mencanangkan ayo bersepeda!!!
tapi ternyata kita masih kalah jauh loh sama kota-kota di negara-negara lain.hmmmm...
Car Free Day |
Sukses lain dari Jepang adalah tersedianya jalur sepeda dan
pejalan kaki (pedestrian) yang aman dan nyaman. Bersepeda dan berjalan kaki
adalah salah satu alternatif moda perjalanan yang paling mungkin untuk
menghemat energi di kota.Waduh Jepang lagi:( ayo Indonesia :)
Keduanya sudah tentu merupakan moda transportasi yang tidak
bermotor (non-motorized transportation atau NMT) sehingga tidak membutuhkan BBM
sama sekali. Oleh karenanya, juga tidak menghasilkan polusi bagi udara di kota
(ramah lingkungan). Bersepeda maupun berjalan kaki, dapat dilakukan oleh siapa
saja dari semua golongan, baik kaya atau miskin, tua atau muda.
Penggunaan sepeda di Jakarta masih sangat rendah. Sebagai
gambaran, menurut Darmaningtyas melalui survey INSTRAN di akhir Juni 2005,
dalam sehari jumlah sepeda yang melewati Jl Sudirman Jakarta dari arah Jalan
Thamrin hanya 52 unit, sedangkan yang menuju ke arah Jl Thamrin hanya mencapai
122 unit.
Mereka itu adalah para pedagang keliling, seperti siomay,
bakso, dan roti. Terlalu minim pelajar dan pekerja kantoran yang bersepeda.Yaaaaah,ayo dong bersepeda:) hehehe
Kota-kota di Cina, seperti Tianjin dan Shenyang, menempati
persentase terbesar, yakni 77 dan 65 persen penduduk yang mengendarai sepeda
untuk perjalanan mereka. Sebagai gambaran, dari pemantauan lalu lintas di Kota
Tianjin, konon lebih dari 50.000 sepeda melintas di satu persimpangan jalan
dalam waktu satu jam.
Namun yang paling fenomenal dan menarik untuk dicermati
adalah upaya yang dilakukan pemerintah Kota Bogota, Ibukota Colombia di Amerika
Tengah.
Untuk menghemat energi dan mengurangi polusi udara kota,
Enrique Penalosa, Wali Kota Bogota tahun 1998-200, membangun jalur sepeda
sepanjang 350 km. Ini merupakan kota yang memiliki jalur sepeda terpanjang di
Amerika Latin maupun di kota-kota negara berkembang lainnya.
Jalur-jalur sepeda dan pedestrian itu dibuat sangat kompak,
menerus, dan terintegrasi, serta akses yang sangat luas hingga menembus
berbagai kawasan pemukiman.Wiiiih keren-keren:)
Oke oke itu tadi dari segi Transportasi,sekarang kita lebih mendalami lagi nih.Untuk apa sih Kota Hemat Energi itu?Katanya sih ada yang bilang bisa untuk "Solusi Terhadap Global
Warming"hmmmm.....?
Global Warming (Pemanasan global) adalah permasalahan yang
sedang kita hadapi di dunia saat ini. Dampaknya memberikan efek yang negatif
pada bumi, dengan mulai mencairnya es di Kutub Utara, punahnya species hewan
dan tumbuhan, juga berakibat pada memburuknya kesehatan manusia. Salah satu
penyebabnya adalah pembakaran BBM (Bahan Bakar Minyak) yang merupakan konsumsi
terbesar umat manusia di dunia yang dapat mengemisi CO2 dan memicu pemanasan
bumi. Penggunaan BBM memang belum bisa tergantikan karena belum siapnya energi
alternatif, sementara persediannya mulai menipis dan harganya yang melonjak
tinggi.
Dari sekian banyak penggunaannya di seluruh belahan dunia,
sebuah kota besar paling banyak konsumsinya dibandingkan dengan wilayah /
daerah lain seperti pedesaan, suburbs dll. Bila dipersentasikan, kota memakan
lebih dari 70 % energi. Saat ini memang di setiap perkotaan, masyarakatnya
mulai disadarkan untuk peduli lingkungan. Sering kita dengar, seperti GO Green,
Green City, Green Concept, Green Living, Green Development dan banyak slogan
lainnya. Banyak juga diadakan event – event seperti tanam sejuta pohon, green
concert, pembagian bibit tanaman gratis dll. Semuanya menyuarakan agar menjaga
lingkungan kota tetap hijau.
Walaupun pada prakteknya akan ditemui berbagai kesulitan /
hambatan karena banyaknya kepentingan dari berbagai pihak terutama dari sisi
komersialitas. Banyak dibangunnya Apartemen, Office, Mal dan pusat perbelanjaan
lainnya menunjukkan bahwa porsi hijau yang kita gembor - gemborkan itu tidak sebanding
dengan hutan – hutan beton yang terus berdiri setiap tahunnya. Seharusnya, area
hijau memiliki tempat yang lebih banyak dalam sebuah kota. Karena hanya
pepohonan & tanaman hijau lah yang dapat mengurangi pembakaran BBM atau
emisi CO2 di udara.
Dari uraian di atas mungkin dapat sedikit disimpulkan, kita
belum bisa membentuk sebuah kota hijau untuk mengatasi global warming. Kita
perlu memandang permasalahan tersebut dari sisi yang lain; Seperti dengan
menghemat energi BBM ataupun menciptakan energi alternatif. Sehingga mengurangi
pembakaran BBM di udara karena minimalnya penggunaan dan lebih menggunakan
bahan bakar lain yang lebih ecofriendly atau bersahabat dengan lingkungan.
Jadi lebih tepat kita berusaha untuk membentuk sebuah kota
hemat energi daripada sebuah kota hijau untuk mengatasi permasalahan global
warming. Walaupun dalam kota hemat energi berupaya meminimalisasi penggunaan
energi namun tidak akan mengganggu atau tetap bisa untuk penyelenggaraan
aktifitas warga kota. Dalam setiap bagiannya dari sebuah kota, bisa kita ambil
beberapa konsep atau strategi untuk membentuk kota hemat energi. Sebuah kota
dibagi ke dalam sub - sub seperti warga kota itu sendiri, hunian / rumah
tinggal, fasilitas perkotaan (sekolah, rumah sakit, kantor, bangunan publik
dll.), transportasi atau akses dan ruang terbuka hijau. Untuk menciptakan
konsep kota hemat energi maka perlu dijabarkan dan ditelusuri dari sub – sub
kota tersebut di atas.
Pertama, hunian / tempat tinggal / perumahan; ada 3 aspek
yang bisa kita ambil, yaitu : Akses masuk ke dalam perumahan. Fenomena yang
sekarang terjadi di Indonesia, akses tersebut terlalu jauh ke dalam sehingga
warganya harus menggunakan kendaraan bermotor yang tentunya pemborosan BBM
sementara itu juga tidak adanya jalur pedestrian yang berselasar / beratap,
sehingga warganya lebih memilih untuk menggunaan kendaraan umum. Oleh karena
itu perlu dipertimbangkan kembali dengan membuat akses yang lebih dekat ke
dalam perumahan terutama perlu dipikirkan kembali bagi pemerintah maupun pengembang
swasta yang membangun perumahan.
Aspek kedua, Orientasi bangunan perumahan. Kondisi perumahan
yang ada sekarang, orientasi tidak terlalu diperhatikan. Dengan memperhatikan
orientasi bangunan maka akan memaksimalkan perolehan sinar matahari ke dalam
rumah dan akan lebih hemat energi karena tidak diperlukan cahaya lampu /
listrik di siang hari. Yaitu dengan menghadapkan bangunan ke arah selatan,
ruang utama menghadap selatan sementara ruang pendukung menghadap utara.
Aspek ketiga adalah penataan bangunan. Perencanaan yang baik
dalam sebuah kompleks perumahan sangatlah diperlukan. Warga tidak perlu
menggunakan kendaraan hanya untuk membeli kebutuhan rumah yang sangat jauh
jaraknya. Oleh karena itu perlu dibuat fasilitas komersial ataupun toko yang jaraknya
dekat dengan rumah yang memungkinkan untuk penghuninya berjalan kaki menuju ke
sana.
Kedua, Fasilitas perkotaan yang berupa bangunan juga perlu
diperhatikan agar dapat menghemat energi yaitu dengan membuat rancangan pasif
dengan memperhatikan aspek – aspek sebagai berikut : orientasi bangunan utara –
selatan, memanfaatkan cahaya matahari tidak langsung bagi penerangan ruang
dalam bangunan, meminimalkan radiasi panas / cahaya matahari langsung dari
plafon maupun dari luar bangunan, meminimalkan penggunaan elemen kaca pada
bangunan tinggi, mengoptimalkan ventilasi silang (meminimkan penggunaan AC),
mengurangi pelapisan permukaan tanah dengan material keras (aspal, beton, dsb.)
untuk mengurangi pemanasan lingkungan sekitar bangunan dan beberapa aspek lainnya.
Bangunan hemat energi juga harus didesain sesuai dengan
iklim lingkungan setempat, karena dari contoh yang sudah ada, banyak bangunan –
bangunan di Indonesia yang banyak menggunakan elemen kaca yang sebenarnya
sangat tidak cocok dengan iklim tropis dan dapat mengakibatkan efek rumah kaca
yang juga salah satu faktor penyebab global warming. Selain itu, perlu juga
disosialisasikan untuk bangunan – bangunan yang menggunakan energi alternatif /
energi yang bisa diperbaharui seperti sel surya / cahaya matahari, energi angin
atau energi biofuel.
Beberapa fasilitas penunjang dalam sebuah bangunan juga bisa
dijadikan aspek hemat energi, seperti pemakaian lampu, eskalator, ataupun lift.
Dengan teknologi saat ini, dapat memungkinkan untuk berhemat energi karena
adanya sistem canggih yang mapu membuatnya menjadi otomatis. Sehingga akan bisa
hidup atau hanya bisa dipakai bila ada sensor manusia yang berada di dalam atau
yang sedang beraktifitas di dalam bangunan. Bila tidak terpakai, sistem
tersebut akan otomatis mematikan penggunaannya.
Hadeh pusing ya(masih banyak padahal tapi mungkin dengan ini sudah lebih dari cukup:)?oh ya jangan salah ini sangat penting loh untuk kita khususnya masyarakat indonesia agar tidak memperparah yang parah dan melakukan yang seharusnya melakukan perbaikan sedikit demi sedikit dengan menggunakan sepeda,hemat listrik,memperhatikan dan menjaga lingkungan dan banyak lagi yang bisa kita lakukan,toh ini untuk kita sendiri ya kan?ayo lakukan perbaikan kawan-kawan:)
Ayo mulai dari diri sendiri:)
SEMOGA BERMANFAAT:)
Sumber:
- http://organisasi.org/kota-hijau-atau-kota-hemat-energi-solusi-terhadap-global-warming
- http://www.yipd.or.id/main/readnews/2210
keren nih konsep kota hemat energi nya semoga saja bisa terlaksana di Indonesia
BalasHapuswah sangat bisa kalau masyarakat sadar akan perlu nya penghematan energi,wah boleh jadi sponsor event nih lampu hemat energi nya,sekalian promosi:p
Hapus